Kesibukan mengurus kuliah (*PPL, KKN bikin gak ada waktu luang untuk ngetik.
Kali ini, yang mau aku share adalah pengalaman KKN-ku.
KKN bukan Korupsi Kolusi dan Nepotisme loh, meski istilah ini terkenal pada rezim Alm. Soeharto.
KKN adalah Kuliah Kerja Nyata.
Salah satu mata kuliah yang wajib di ambil ketika menempuh 4 tahun studi, sarjana.
Aku beruntung mendapat tempat KKN di Brebes, yang notabene adalah request dari pemkab setempat guna memberantas buta aksara. (*ngiritdotkom
Kenapa ngirit? Karena pemkab brebes telah memberikan dana untuk menuntaskan warga yang buta aksara.
Memang mengejutkan bahwa, di zaman layar sentuh saat ini, masih ada warga negara Indonesia tercinta yang belom bisa nulis, apalagi baca.
Aku dan ke24 temanku, ditempatkan di Desa Jemasih, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes.
Desaku adalah desa paling selatan dari kecamatan.
jarak tempuh desa ke kecamatan adalah 2 jam dengan menaiki L300.
Loh? L300?
Iyap, medan yang ekstrim dengan bebatuan kali, dan tanah kapur menjadi rintangan yang luar biasa.
Meski hanya dari desa Cikeusal ke jemasih yang tidak mulus.
Desa Jemasih memang terkenal di kecamatan karena akses jalan yang tidak mudah dan pola hidup masyarakat yang masih menjunjung tinggi tata krama dan kekeluargaan.
Aku beruntung menumpang hidup dikeluarga Haryanto di Kamalasih.
keluarga tersebut di karuniai 4 anak, Karso 24 tahun, bekerja di Jakarta sebagai buruh bangunan dan berstatus jomblo, Carib 22 tahun, bekerja bersama ayahnya mengolah lahan dan bersatus suami dari seorang istri dan 1 putri, Depi 8 tahun masih duduk di kelas 2 SD, dan yang paling bungsu adalah Edi 4 tahun, yang mau dipanggil dengan Edi Supono (*hasil dari sering nonton OVJ.
Kamalasih adalah salah satu dusun di Jemasih dengan terdiri dari 7 RT.
Penghasilan utama warga adalah bawang (*atau brambang,bawang merah.
Kehidupan yang sederhana dan lebih mengandalkan alam menjadi prinsip hidup warga kamalasih.
Berikut aku perlihatkan rumah tempat aku tinggal.

No comments:
Post a Comment
Thanks for your critics,,